BANTEN
PERAS
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam
setiap upacara yadnya yang dilaksanakan khususnya diBali tidak bisa lepas dari
sarana upakara yang disebut dengan banten. Banten-banten yang digunakan daalm
setiap upacara berbeda-beda sesuai dengan tujun pnggunaannya karena
masing-masing dari banten itu memiliki makna yang tersendiri berbeda yang atu
dengan yang lainnya namun memiliki keterkaitan bahan-bahan dasar.
Adapun
bahan dasar yang biasanya selalu atau sering dipergunakan dalam banten, yaitu:
porosan, bunga, pelawa. Dan yang lainny yang melengkapi banten-banten itu.
Dalam upacara Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, Bhuta Yadnya, dan Manusa
Yadnya, banten yang digunakan biasnya berbeda-beda namun ada beberap banten
yang biasnya biasa digunakan dalam upacara Panca Yadnya yang diselenggarakan.
Banten-banten
yang dapat digunakan atau sebagai pelengkap dalam upacara Panca Yadnya yang
diselengarakan, misalnya canang, Daksina, Peras. Serta bante-bante yang lain
yang sifatnya umum. Maka dari itu sangat perlu kiranya kira kita mengetahui
tentang makna-makna yang terkadung didalam sebuah banten itu, karena kita akan
sering menggunakan banten-banten itu. Dalam kesempatan ini kami akan membahas
tentang makna yang terkadung di balik banten peras.
II.
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Peras.
peras adalah
suatu banten yang selalu menyertai banten yang lainya. Banten peras merupakan
pertanda pengeesahan atau persmian suatu upakar yang biasanya setelah upacara
selesai, lekukan pada kulit peraas itu ditarik. Dan beras yang ada dibwahnya
akan ditaburkan. (Sanjaya.2010:61).
Taledan
diisi kulit peras, base tampel, benang putih, kemudian diisi uang kepeng.
Selanjutnya diatasnya diisi dua buaah tumpeng, lauk-pauk, jajan, buah-buahn,
sampian peras, canang genten. Dan tempat lauk-pauknya dibuatkan sebuah kojong.
Dalam lontar Yadnya Pakrti Peras adalah lambing Hyang Tri Guna Sakti. Dan dalam
pemakian sehari-hari peras ini dipergunakan sebagai lambang kebersihan.
(PHDI:1995:101)
1.2 Bahan-banah Peras
1. Taledan.
2. Kulit
Peras
3. Beras,
4. Base
tampel
5. Benang
Putih
6. Uang
kepeng
7. 2
buah tumpeng
8. Lauk-pauk
9. Jajan
10. Buah-buahan
11. Sampian
peras
12. Canang
genten.
13. Kojong
peras
14. Daging
Ayam
1.3 Mankna Filosofis Bahan-banah Peras
1. Taledan.
2. Kulit
Peras
3. Beras,
Sebagai symbol kemakmuran dan
kesejahraan. Karena setiap ada upacara yadnya pasti akan makmur.
4. Base
tampel
5. Benang
Putih
Adalah simbol dari hubungan antara Atma,
JIwatma, dan Paramatma
Yang
menyatu dalam proses Utpeti, Stiti,
Pralina.
6. Uang
kepeng
Sebagai symbol windu
7. 2
buah tumpeng
8. Lauk-pauk
9. Jajan
10. Buah-buahan
11. Sampian
peras
12. Canang
genten.
Yaitu
canang yang terbuat dari janur atau daun pisang. Yang dibentuk segi empat,
diatasnya diisi pelawa yang memiliki makna ketenangan dan kesucian hati.
Selnjutnya secara berturut-turut diisi porosan, yang merupakan lambang Tri
murti, diatasnya dirangkaikan janur berbentuk tangkih atau kojong dan paling
atas diisi bunga yang merupakan ketulusan dan kesucian hati, pandan harum
wangi-wangian. Reringgitan merupakan lambang kesungguhan hati.
13. Kojong
peras
Daging Ayam
2.3 Kaitan Kedalam Penyatuan Siva Siddhanta
Dalam Peras banyak menggunakan sarana-saran yang memiliki
makna tertentu. Sudah sangat jelas dalam peras itu ada unsure penyauan
sekte-sekte kedalam sekte Siva Siddhanta.
Terdapat porosan yang merupakan lambang dari Tri Murti yang disatukan oleh
Mpu Kuturan sekte-sekte yang ada di Bali kedalam konsep Tri Murti. Dalam Tri
Muri terdapat tiga sekte, yaitu Siva
Siddhanta, Brahma, dan Vaisnawa. Serta
dari bunga juga merupakan penyatuan dari beberapa Sekte-sekte kedaalm sekte Siva Siddhanta.
III.
PENUTUP
3.1
Simpulan
Dapat
kami simpulkan bahwa dalam banten peras terdapat unsure penyatuan sekte-sekte
kedaalm sekte Siva Siddhanta. Banten peras memiliki banyak makna apabila pada
saat pembuatan dimaknai dengan baik maka banten itu akan lebih bermakna. Jadi
sangat perlu dalam mengetahui makna-makna yang ada dibalik banten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar