MAKNA FILOSIFIS DAKSINA
1.
Pengertian daksina
Daksina adalah tapakan
dari Hyang Widhi, dalam berbagai manifestasi-Nya dan juga merupakan
perwujudan-Nya. Daksina juga merupakan buah dar ipada Yadnya. Hal ini dapat dilihat pada berbagai
upacara yang besar, di mana banyak menggunakan ada daksina. Kalau dilihat fungsi daksina
yang diberikan kepada yang muput karya (Pedanda atau Pemangku), sepertinya
daksina tersebut sebagai ucapan tanda "terima kasih" kepada
sekala-niskala. Begitu pula kalau daksina itu kita haturkan kehadapan Hyang
Widhi sebagai pelengkap aturan kita dan sembah sujud kita atas semua karunia-Nya.
Tempat untuk daksina
disebut bedogan atau clekontong. Pada dasar daksina diisi tetampak dari janur sebagai tanda Swastika, yang mempunyai makna semoga baik, juga
sebagai dasar dari pengider. Ke atas menuju Ida Sang Hyang Widhi dan ke samping
menuju arah kehidupan alam sekitar, tetampak dibubuhi beras sejumput. Di atas
beras diletakkan sebutir kelapa yang telah dikupas halus tempurungnya,
dihilangkan sabutnya.
2.
Jenis-jenis Daksina
2.1
Daksina Alit
Isinya adalah satu porsi
dari masing- masing unsur, banyak sekali dipergunakan, baik sebagai pelengkap
banten yang lain, maupun berdiri sendiri sebagai banten tunggal.
2.2
Daksina Pekala-kalaan
Isi daksina dilipatkan dua kali dengan ditambah dua tingkih dan dua pangi. Digunakan pada waktu ada perkawinan dan untuk upacara bayi / membuat peminyak-penyepihan.
Isi daksina dilipatkan dua kali dengan ditambah dua tingkih dan dua pangi. Digunakan pada waktu ada perkawinan dan untuk upacara bayi / membuat peminyak-penyepihan.
2.3
Daksina Krepa
Daksina yang isinya dilipatkan tiga kali.
Kegunaannya lebih jarang, kecuali ada penebusan oton / menurut petunjuk
rohaniwan atau sesuai petunjuk lontar khusus misalnya guna penebusan oton atau
mebaya oton.
2.4
Daksina Gede atau Daksina Galakan atau Pemopog
Isinya dilipatkan 5
(lima) kali, juga dilengkapi dengan tetandingan-tetandingan yang lain yaitu: Dasar tempat daksina
sebuah sok yang berisi srobong dan pada dasarnya diberi tetampak taledan
bundar. Masukkan : 5 x coblong beras, 5 butir kelapa yang di atasnya berisi benang putih tukelan kecil, 5 kojong tampelan
letakkan berkeliling, 5 kojong pesel-peselan, 5 kojong gegantusan, 5 kojong tebu, 5 kojong pisang, 1 cepér berisi 5 buah pangi, 5 buah kemiri (tingkih), 1 cepér berisi 5 butir
telur bébék, Sampiyannya : basé ambungan (kekojong dari janur berisi basé lembaran dan
sampiyan sreyok - lihat gambar sebelah
http://www.babadbali.com/canangsari/banten/daksina.htm
3 Makna
dari masing-masing bahan pokok Daksina
3.1 Wewakukan atau bebedogan.
Adalah yang terbuat dari janur. Wewakulan ini adalah
lamang dari pertiwi. Di dalam wewakulan diberi lapisan berbentuk serobong dari
janur pula sebagai Aksa. Dalam wewakulan Daksina inilah seluruh isi Daksina
dimasukkan.
3.2 Tampak
Adalah jaritan janur berbentuk segi empat sebagai lambang
delapan arah mata angin, juga sebagai lambang cakra yang juga sebagai
pergerakan alam semesta diikuti oleh hukum alam.
3.3 Buah kelapa
Adalah bagian utama dari Daksinase bagai
lambang bhuana agung. Kelapa ini hendaknya dikupas dan dibersihkan serabutnya
sebagai simbol pembebasan Bhuana Agung dari ikatan segala indria sehingga
menjadi suci.
3.4 Sebutir telur
Adalah lambang Bhuana Alit. Telur
itik dipilih karena itik adalah binatang yang
dipandang sebagai simbol Sattwam, karena itik bila mencari makanna meski dalam lumpur
sekalipun ia dapat memilih makanan. Dan telur ititk juga mengandung makna
penanaman benih-benih sifat Sattwam
dalam Bhuana Alit yang tidak lain adalh diri manusia.
3.5 Peselan
Adalah gabungan 5
jenis daun yang bisa mewakili 5 jenis warna yaitu: warna putih, merah, kuning,
hitam, dan hijau atau biru. Kelima warna daun ini digunakan biasanya jenis plwa
atau bisa juga daun mangis, croring, salak, mangga, dan durian. Penggunaan peselan ini bertujuan sebagai pengharapan
agar Panca Dewata hadir dan malinggih di Daksina sebagai saksi dan
menganugrahkan kerahayuan.
3.6 Porosan
Adalah simbol dari Tri Murti, dimana buah pinang simbol Brahma, daun sirih simbol Visnu, dan kapur simbol Siva.
3.7 Pisang, tingkih, pangi, dan bija ratus
Yang dialasi dengan kojong dalah simbol dari manusia. Pisang sebagai
tulang, tingkih sebagai paru, pangi sebagai hiti, dan bija ratus sebagai isi
jroan. Bija ratus ini terbuat dari, biji-bijian seperti godem, jagung, dan biji
jali.
3.8 Gegantusan
Adalah kojong atau bungkusan dari
daun pisang yang berisi ikan teri, garam, dan bumbu-bumbuan yang merupakan
hasil dari darat dan laut. Adapula gegantusan yang berisi beras putih, beras
merah, injin, sebagai simbol Brahma,
Visnu, Iswara.
3.9 Benang tukelan putih diatas kelapa.
Adalah simbol dari hubungan antara Atma, JIwatma, dan Paramatma
Yang menyatu
dalam proses Utpeti, Stiti, Pralina.
3.10 Uang
sebagai pamirak (penebus kekurangan)
(Sanjaya,
2010.59-61)
Diatas
perlengkapan Daksina itu disis dengan canang payasan dan canag genten. Dan
dalam upacar tertentu daksina ini dapat dilengkapi dengan jenis-jenis canang
tertentu sesuai dengan kebutuhannya. Serta penggunaan Daksina sesuai dengan
kebutuhan masing-masing.
Siva Siddhanta Dalam Daksina
Bahwa dalam daksina itu banyak menggunakan bahan-bahan
atau perlengkepan, yang masing-masing memilki makna tersendiri. Wewakulan ini
adalah lamang dari pertiwi. Tampak berbentuk segi empat sebagai lambang delapan
arah mata angin, kelapa lambang bhuana agung, telur lambang Bhuana Alit, Peselan lambang Panca Dewata, Porosan lambang dari Tri Murti, Gegantusan Brahma, Visnu, Iswara, Benang tukelan
putih diatas kelapa simbol Tri kona. Dalam Daksina Tampak melambangkan 8 arah mata
angina tau 8 dewata, pepeselan yang melambangkan panca dewata, kemudian porosan
melambangkan tri murti. Bahwa sananya
sekte yang ada itu memuja dewa yang berbeda-beda kemudian di persatukan dengan
konsep tri murti. Maka semua
sekte-sekte yang ada bersatu dengan mengatas namakan Siva Siddhanta. Tanpa menghilangkan tradisi dari masing-masing
setke. Ibaratkan wewakulan sekte Siva
Siddhanta, perlengkapan dalam daksina yang lainnya itu merupakan
sekte-sekte yang lainnya, sehinnga disatukan dalam dalam tempat wewakulan itu
akan memebentuk daksina. Begitu pula sekte-sekte yang lainnya yang disatukan
kedalam Siva Siddhanta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar