TUGAS
PSIKOLOGI PENDIDIKAN II
TEORI
SKINNER
DOSEN
PENGAMPU: I KETUT PASEK GUNAWAN, S.Pd.H
OLEH
NI
MADE SULIARTINI
NIM:
10.1.1.1.1.3864
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA
FAKULTAS
DHARMA ACARYA
INSTITUT
HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
2011
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Keberhasilan siswa dalam proses
pembelajaran disekolah sangat dipengaruhi oleh beberapa fakto diantaranya:
faktor dari siswa itu sendiri karena kurang mengerti dengan matapelajaran. Dan
faktor dari luar yaitu: dari guru yaitu meliputi cara atau metode yang digunkan
dalam pengajaran, faktor dari teman sebaya, faktor dari lingkungan dan
sarana-prasarana pendukung yang ada disekolah atau dirumah.
Guru sangat memegang pranan penting dalam
proses pembelajaran. Karena apa yang diguru samapaikan disekolah itu juga
membentuk kepribadian siswa itu sendiri. Dan salah satu kemampuan yang harus
dimiliki seorang guru tidak hanya pintar intelektual semata namuan, guru juga
diharapakan memiki kemampuan memahani peserta didik dalam belajar dan memahami
tingkah lakunya. Dan guru juga diharapkan bisa professional dalam mengajar dan
bisa menerapaka beberapa Teri-teori
belajar yang ada, demi memebantu proses pembelajaran.
Diantaranya Teori Skinner,
Teori ini sangat besar pengaruhnya dalam
lapangan metodologi, dan teknologi pengajaran. Dan program-progrm inovatif
dalam bidang pengajaran sebagian besar
disusun berdasarkan atas teori Skinner.
Teori Skinner yaitu teori yang mempelajari perubahan tingkah laku dan respon
yang diberikan dari suatu tindakan. Jadi seorang guru atau calon pendidik
sangat perlu mengetahui tentang teori Skinner ini karena banyak manfaat dan
kegunaanya dalam membantu proses pembelajaran dikelas maupun Prakteknya.
1.2. Rumusan Maslah.
1.2.1
Bagaimana Pengertian Teori Skinner?
1.2.2
Bagaimana Pengunaan Teori Skinner?
1.2.3
Bagaimana Manfaat Teori Skinner?
1.3.
Tujuan.
1.3.1
Ingin Mengetahui Pengertian Teori Skinner.
1.3.2
Ingin Mengetahui Penggunaan Teori
Skinner.
1.3.2
Ingin Mengetahui Manfaat Teori Skinner.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Teori Skinner
B.F. Skinner (104-1990) berkebangsaan Amerika
dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung
(directed instruction) dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses
operant conditioning. Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar
dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan (drill) dan
latihan (exercise).
Manajemen kelas menurut Skinner
adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku (behavior modification) antara
lain dengan penguatan (reinforcement) yaitu memberi penghargaan pada perilaku
yang diinginkan dan tidak memberi imbalan pada perilaku yang tidak tepat. Operant Concitioning atau pengkondisian
operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif atau
negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau
menghilang sesuai dengan keinginan.
Perilaku
operan adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas berbeda dengan
perilaku responden dalam pengkondisian Pavlov yang muncul karena adanya
stimulus tertentu. Contoh perilaku operan yang mengalami penguatan adalah: anak
kecil yang tersenyum mendapat permen oleh orang dewasa yang gemas melihatnya,
maka anak tersebut cenderung mengulangi perbuatannya yang semula tidak
disengaja atau tanpa maksud tersebut. Tersenyum adalah perilaku operan dan
permen adalah penguat positifnya.
Skinner
membuat eksperimen sebagai berikut: dalam laboratorium, Skinner memasukkan
tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “Skinner box”, yang sudah
dilengkapi dengan berbagai peralatan, yaitu tombol, alat memberi makanan,
penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat
dialiri listrik.
Karena
dorongan lapar (hunger drive), tikus berusaha keluar untuk mencari makanan.
Selama tikus bergerak kesana-kemari untuk secara bertahap sesuai peningkatan
perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shaping. Berdasarkan
berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati, Skinner menyatakan bahwa
unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya
adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulu-respon akan semakin
kuat bila diberi penguatan. Disamping
itu pula dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan
selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya : Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku
diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
meningkat. Dan Law of operant
extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalu proses
conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku
tersebut akan menurun bahkan musnah.
Skinner
membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif. Penguatan positif
sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu
sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau
menghilang. Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado,
makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui,
bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara). Bentuk-bentuk
penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan
tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening
berkerut, muka kecewa dll).
Beberapa prinsip belajar Skinner antara lain: Dan Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, dan jika benar diberi penguatan.
Beberapa prinsip belajar Skinner antara lain: Dan Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, dan jika benar diberi penguatan.
1)
Proses belajar harus mengikuti irama dari
yang belajar.
2)
Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
3)
Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan
aktivitas sendiri.
4)
Dalam proses
pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan
perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
5) Tingkah
laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan
dengan digunakannya jadwal.
6)
Skinner
membedakan ada dua macam respon yang memepengaruhi prilaku sebagai hubungan
antara perangsang dan perangsang,
Responden response, Operant respons. Responden response, sangat terbatas
adanya pada manusia dank arena ada hubungan yang pasti antara stimulus dan
respons kemungkinan untuk memodifikasinya kecil. Dan . Operant respons, merupakan bagian terbesar dari pada tingkah-laku
manusia,dan kemungkinan banyak memodifikasinya.
a)
Respondens response, yaitu respon yang ditimbulkan oleh
perangsang perangsang tertentu. Perangsang-perangsang demikian itu, yang
disebut elicting stimuli, menimbulkan respon-respon yang secara relative tetap.
b)
Operant response yaitu, respons yang timbul dan
berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang
demikian itu disebut reinforcing stimuli, karena perangsang-perangsang itu
telah memperkuat respon yang telah ada
Teori skinner adalah, Hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi
melalui interaksi dengan lingkungannya, respon yang diterima seseorang tidak
sesederhana, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi
dan interaksi antar stimulus itu akan memengaruhi respon yang dihasilkan.
Respon yang diberikan memiliki konsekuensi. Konsekuensi ini yang akan
mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami
tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus
yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan
berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga
mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat
untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab
setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi,
Dan Pengkondisian
operan (kondisioning operan). Pengkondisian operan adalah sebentuk pembelajaran
dimana konsekuensi-konsekuensi dari prilaku menghasilkan perubahan dalam
probabilitas prilaku itu akan diulangi. Tiga
asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning operan (Margaret E. Bell
Gredler, hlm 122). Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:
1.
Perubahan
tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan
kondisi-kondisi lingkungan.
2.
Hubungan
yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau
sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan menurut
fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di control secara
seksama.
3.
Data
dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi
yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.
Tingkah-laku
organisme secara individual merupakan sumber data yang cocok. Dan dinamika
interaksi organisme dengan lingkungan itu sama untuk semua jenis mahkluk hidup.
Berdasarkan asumsi dasar tersebut menurut Skinner (J.W. Santrock, 272) unsur
yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement )
dan hukuman (punishment).
2.2. Pengunaan Teori Skinner
Pada
teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini
ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan
adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan
terjadinya kesalahan.
2.2.1. Aplikasi Teori Skinner Terhadap Pembelajaran.
Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada
unit-unit secara organis yaitu meliputi: Hasil berlajar harus segera diberitahukan
kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat, proses belajar harus mengikuti irama dari yang
belajar, materi pelajaran digunakan sistem modul, tes lebih ditekankan untuk
kepentingan diagnostic, dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan
aktivitas sendiri, dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman, dalam
pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar
tidak menghukum, tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah, hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu), tingkah
laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
Dalam
pembelajaran sebaiknya digunakan shaping,
Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan dan dalam
belajar mengajar menggunakan teaching
machine. Dan Melaksanakan mastery
learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya
masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya, Sehingga naik atau tamat
sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.
2.2.2.
Pengkondisisan dari operant Skinner.
Dalam mengembangkan strategi
pembelajaran dikelas, model ini memiliki langkah-langkah pokok dalam
mengembangkan iklim kelas yang kondusif dan agar bisa bisa menumbuhkan semangat
dan motivasi belajar peserta didik. Dan adanya interaksi atau respon dari suatu
tindakan, agar peserta didik bisa memeberikan respon yang positif dari
pelajaran yang sedang diberikan.
2.2.2.1
Menganalisis lingkungan kelas.
1)
Perilaku positif yang mendapatkan
penguatan.
2)
Perilaku negative saat ini diberi
toleransi saat ini.
3)
Hukuman apa yang dijalankan selama ini.
2.2.2.2 Mengembangkan daftar penguatan
potensial.
1)
Kegiatan yang disukai oleh peserta
didik.
2)
Perilaku yang selama ini mendapatkan
hukuman.
3)
Latar alami yang potensial menjadi
penguat.
2.2.2.3 Memilih urutan perilaku yang
akan mulai dilakukan.
1)
Jenis hukuman apa yang akan diubah
menjadi penguatan.
2)
Perilaku positif mana yang terus-menerus
muncul dikelas.
3)
Stimulus mana yang digunakan untuk
secara berbeda untuk mengendalikan perilaku
2.2.3. Analisa Perilaku terapan dalam
pendidikan
Analisis
Perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah
perilaku manusia. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalam
bidang pendidikan yaitu meningkatkan perilaku yang diharapkan, Ada lima
strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku anak
yang diharapkan yaitu:
2.2.3.1 Memilih
Penguatan yang efekti
Tidak semua penguatan akan sama
efeknya bagi anak. Analisis perilaku terapan menganjurkan agar guru mencari
tahu penguat apa yang paling baik untuk anak, yakni mengindividualisasikan
penggunaan penguat tertentu. Untuk mencari penguatan yang efektif bagi seorang
anak, disarankan untuk meneliti apa yang memotivasi anak dimasa lalu, apa yang
dilakukan murid tapi tidak mudah diperolehnya, dan persepsi anak terhadap
manfaat dan nilai penguatan. Penguatan alamiah seperti pujian lebih dianjurkan
ketimbang penguat imbalan materi, seperti permen, mainan dan uang.
2.2.3.2
Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu
Agar penguatan dapat
efektif, guru harus memberikan hanya setelah murid melakukan perilaku tertentu.
Analisis perilaku terapan seringkali menganjurkan agar guru membuat pernyataan
“jika…maka”. penguatan akan lebih efektif jika diberikan tepat pada waktunya,
sesegera mungkin setelah murid menjalankan tindakan yang diharapkan. Ini akan
membantu anak melihat hubungan kontingensi
antar-imbalan dan perilaku mereka. Jika anak menyelesaikan perilaku sasaran
(seperti mengerjakan sepuluh soal matematika) tapi guru tidak memberikan waktu
bermain pada anak, maka anak itu mungkin akan kesulitan membuat hubungan
kontingensi.
2.2.3.3
Memilih jadwal penguatan terbaik
Menyusun jadwal penguatan menentukan kapan
suatu respons akan diperkuat. Empat jadwal penguatan utama ayitu: 1). Jadwal
rasio tetap: suatu perilaku diperkuat setelah sejumlah respon, 2). Jadwal rasio
variabel : suatu perilaku diperkuat setelah terjadisejumlah respon, akan tetapi
tidak berdasarkan basis yang dapatdiperidiksi, 3). Jadwal interval - tetap :
respons tepat pertama setelah beberapawaktu akan diperkuat, 4). Jadwal interval - variabel : suatu
respons diperkuat setelah sejumlah variabel waktu
berlalu.
2.2.3.4 Menggunakan
Perjanjian (contracting).
Adalah menempatkan kontigensi
penguatan dalam tulisan. Jika muncul problem dan anak tidak bertindak sesuai
harapan, guru dapat merujuk anak pada perjanjian yang mereka sepakati. Analisis
perilaku terapan menyatakan bahwa perjanjian kelas harus berisi masukan dari
guru dan murid. Kontrak kelas mengandung pernyataan “jika… maka” dan di
tandatangani oleh guru dan murid, dan kemudian diberi tanggal.
2.2.3.5
Menggunakan
penguatan negatif secara efektif
Dalam penguatan negatif,
frekuensi respons meningkat karena respon tersebut menghilangkan stimulus yang
dihindari.seorang guru mengatakan”Pepeng, kamu harus menyelesaikan PR mu dulu
diluar kelas sebelum kamu boleh masuk kelas ikut pembelajaran” ini berarti
seorang guru menggunakan penguatan negatif.
2.2.3.6 Menggunakan Dorongan (prompt) Dan Pembentukkan
(shaping).
Prompt (dorongan) adalah stimulus
tambahan atau isyarat tambahan yang diberikan sebelum respons dan meningkatkan
kemungkinan respon tersebut akan terjadi. Shapping (pembentukan) adalah
mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku sasaran.
2.2.3.7
Mengurangi Perilaku Yang Tidak Diharapkan.
Ketika guru ingin mengurangi
perilaku yang tidak diharapkan (seperti mengejek, mengganggu diskusi kelas,
atau sok pintar) yang harus dilakukan berdasarkan analisis perilaku terapan
adalah.
a).
Menggunakan Penguatan Diferensial.
b).
Menghentikan penguatan
(pelenyapan).
c).
Menghilangkan stimuli yang
diinginkan.
d).
Memberikan stimuli yang tidak
disukai (hukuman).
4).
Kelebihan dan kekurangan Menurut
B.F. Skinner.
2.2.4 Prosedur pembentukan tingkah
laku.
Ada
beberap jenis-jenis prosudur dan identifikasi dalam pementukan tingkah-laku dalam operant conditioning atau teori Skiiner
sebagai berikut:
2.2.4.1 Dilakukakn
identifikasi mengenai hal apa yang merupakan reiforcer(hadia) bagi tingkah-laku
yang akan dibentuk.
2.2.4.2 Dilakukan analisis untuk mengedentifikasi
komponen-komponen kecil yang membentuk tingkah-laku yang dimaksud.
Komponen-komponen itu lalu disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada
terbentuknya tingkah-laku yang dimaksud.
2.2.4.3. Mempergunakan
secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-tujuan sementara,
mengidentifikasi reiforcer (hadiah)
untuk masing-masing komponen itu.
2.2.4.4. Melakukan pembentukan tingkah-laku, dengan menggunakan urutan
komponen-kopone yang telah tersusun itu. Kalau komponen pertama telah dilakukan
maka komponen itu akan sering dilakukan. Kalau komponen inin sudah dibentuk dan
berulang-ulang komponen pertama dan kedua terbentuk, maka komponen ketiga dan
selanjutnay sampai seluruh tingkah-laku yang diharapkan terbentuk.
2.2.4. Kelebihan dan kekurangan teori Skinner.
2.2.4.1 Kelebihan.
Pada
teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini
ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan
adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan
terjadinya kesalahan.
2.2.4.1 Kekurangan
Beberapa
kelemahan dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G.
1994) adalah bahwa: (i) teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa
lengkap; analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis, (ii)
keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran
peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan
dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang
sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan
belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi
semakin berat.
Beberapa Kekeliruan dalam
penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk
mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan
sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri
kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun
fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk
pada siswa
2. 3. Manfaat Teori Skinner
Skinner
memberi banyak kontribusi untuk praktik pengajaran. Konsekuensi penguatan dan
hukuman adalah bagian dari kehidupan dan murid. Jika dipakai secara efektif,
pandangan teori ini akan mendapat membantu para guru dalam pengelolaan kelas.
Demikian pula prinsip-prinsip dan hukum-hukum belajar yang tertuang dalam teori
ini akan membantu guru dalam menggunakan pendekatan pengajaran yang cocok untuk
mencapai hasil belajar dan perubahan tingkah laku yang positif bagi anak didik.
Manfaat
yang lain, seorang guru dapat mengetahui suatu perilaku atau respons yang akan
dihasilkan. Respon yang dihasilkan tersebut juga memiliki berbagai konsekuensi yang
akan memepengaruhi prilaku individu. Seorang guru dapat mengetahui perilaku
individu dari dengan pemahaman antara setimulus satu dengan yang lainnya, respon
yang muncul juga berbagai kosekuensi yang diakibatkan oleh respons tersebut.
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari
materi diatas dapat saya tarik
kesimpulan bahwa Teori Skinner adalah teori yang, hubungan antara stimulus dan
respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, respon yang
diterima seseorang tidak sesederhana, karena stimulus-stimulus yang diberikan
akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan memengaruhi
respon yang dihasilkan. Dan ada beberapa unssur penting dalam belajar
yaitu: Adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment).. Penguatan (reinforcement)
adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan
terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment)
adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
3.2. Saran
Semoga
makalah yang saya buat ini bermanfaat bagi para pembaca dan bisa dijadikan
jadikan pedoman dalam mengajar karena dalam makalah yang saya buat ini banyak
menyangkut tentang prilaku peserta didik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar