Senin, 30 Desember 2013

MAKNA FILOSIFIS DAKSINA


MAKNA FILOSIFIS DAKSINA

1.                  Pengertian daksina
Daksina adalah tapakan dari Hyang Widhi, dalam berbagai manifestasi-Nya dan juga merupakan perwujudan-Nya. Daksina juga merupakan buah dar ipada Yadnya. Hal ini dapat dilihat pada berbagai upacara yang besar, di mana banyak menggunakan ada daksina. Kalau dilihat fungsi daksina yang diberikan kepada yang muput karya (Pedanda atau Pemangku), sepertinya daksina tersebut sebagai ucapan tanda "terima kasih" kepada sekala-niskala. Begitu pula kalau daksina itu kita haturkan kehadapan Hyang Widhi sebagai pelengkap aturan kita dan sembah sujud kita atas semua karunia-Nya.
Tempat untuk daksina disebut bedogan atau clekontong. Pada dasar daksina diisi tetampak dari janur sebagai tanda Swastika, yang mempunyai makna semoga baik, juga sebagai dasar dari pengider. Ke atas menuju Ida Sang Hyang Widhi dan ke samping menuju arah kehidupan alam sekitar, tetampak dibubuhi beras sejumput. Di atas beras diletakkan sebutir kelapa yang telah dikupas halus tempurungnya, dihilangkan sabutnya.

2.                  Jenis-jenis Daksina
2.1              Daksina Alit
Isinya adalah satu porsi dari masing- masing unsur, banyak sekali dipergunakan, baik sebagai pelengkap banten yang lain, maupun berdiri sendiri sebagai banten tunggal.

2.2              Daksina Pekala-kalaan
Isi daksina dilipatkan dua kali dengan ditambah dua tingkih dan dua pangi. Digunakan pada waktu ada perkawinan dan untuk upacara bayi / membuat peminyak-penyepihan
.
2.3              Daksina Krepa
Daksina yang isinya dilipatkan tiga kali. Kegunaannya lebih jarang, kecuali ada penebusan oton / menurut petunjuk rohaniwan atau sesuai petunjuk lontar khusus misalnya guna penebusan oton atau mebaya oton.
2.4              Daksina Gede atau Daksina Galakan atau Pemopog
Isinya dilipatkan 5 (lima) kali, juga dilengkapi dengan tetandingan-tetandingan yang lain yaitu: Dasar tempat daksina sebuah sok yang berisi srobong dan pada dasarnya diberi tetampak taledan bundar. Masukkan : 5 x coblong beras, 5 butir kelapa yang di atasnya berisi benang putih tukelan kecil, 5 kojong tampelan letakkan berkeliling, 5 kojong pesel-peselan, 5 kojong gegantusan, 5 kojong tebu, 5 kojong pisang, 1 cepér berisi 5 buah pangi, 5 buah kemiri (tingkih), 1 cepér berisi 5 butir telur bébék, Sampiyannya : basé ambungan (kekojong dari janur berisi basé lembaran dan sampiyan sreyok - lihat gambar sebelah
http://www.babadbali.com/canangsari/banten/daksina.htm

3          Makna dari masing-masing bahan pokok Daksina
3.1       Wewakukan  atau bebedogan.
            Adalah yang terbuat dari janur. Wewakulan ini adalah lamang dari pertiwi. Di dalam wewakulan diberi lapisan berbentuk serobong dari janur pula sebagai Aksa. Dalam wewakulan Daksina inilah seluruh isi Daksina dimasukkan.

3.2       Tampak
            Adalah jaritan janur berbentuk segi empat sebagai lambang delapan arah mata angin, juga sebagai lambang cakra yang juga sebagai pergerakan alam semesta diikuti oleh hukum alam.

3.3       Buah kelapa
            Adalah bagian utama dari Daksinase bagai lambang bhuana agung. Kelapa ini hendaknya dikupas dan dibersihkan serabutnya sebagai simbol pembebasan Bhuana Agung dari ikatan segala indria sehingga menjadi suci.

3.4       Sebutir telur
            Adalah lambang Bhuana Alit. Telur itik dipilih karena itik adalah binatang yang  dipandang sebagai simbol Sattwam,  karena itik bila mencari makanna meski dalam lumpur sekalipun ia dapat memilih makanan. Dan telur ititk juga mengandung makna penanaman benih-benih sifat Sattwam dalam Bhuana Alit yang tidak lain adalh diri manusia.

3.5       Peselan
Adalah gabungan 5 jenis daun yang bisa mewakili 5 jenis warna yaitu: warna putih, merah, kuning, hitam, dan hijau atau biru. Kelima warna daun ini digunakan biasanya jenis plwa atau bisa juga daun mangis, croring, salak, mangga, dan durian.  Penggunaan peselan ini bertujuan sebagai pengharapan agar Panca Dewata hadir dan malinggih di Daksina sebagai saksi dan menganugrahkan kerahayuan.

3.6       Porosan
            Adalah simbol dari Tri Murti, dimana buah pinang simbol Brahma,  daun sirih simbol Visnu, dan kapur simbol Siva.

3.7       Pisang, tingkih, pangi, dan bija ratus
Yang dialasi dengan kojong dalah simbol dari manusia. Pisang sebagai tulang, tingkih sebagai paru, pangi sebagai hiti, dan bija ratus sebagai isi jroan. Bija ratus ini terbuat dari, biji-bijian seperti godem, jagung, dan biji jali.

3.8       Gegantusan
            Adalah kojong atau bungkusan dari daun pisang yang berisi ikan teri, garam, dan bumbu-bumbuan yang merupakan hasil dari darat dan laut. Adapula gegantusan yang berisi beras putih, beras merah, injin, sebagai simbol Brahma, Visnu, Iswara.

3.9       Benang tukelan putih diatas kelapa.
            Adalah simbol dari hubungan antara Atma, JIwatma, dan Paramatma
Yang menyatu dalam proses Utpeti, Stiti, Pralina.
3.10     Uang sebagai pamirak (penebus kekurangan)
(Sanjaya, 2010.59-61)

Diatas perlengkapan Daksina itu disis dengan canang payasan dan canag genten. Dan dalam upacar tertentu daksina ini dapat dilengkapi dengan jenis-jenis canang tertentu sesuai dengan kebutuhannya. Serta penggunaan Daksina sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Siva Siddhanta Dalam Daksina
            Bahwa dalam daksina itu banyak menggunakan bahan-bahan atau perlengkepan, yang masing-masing memilki makna tersendiri. Wewakulan ini adalah lamang dari pertiwi. Tampak berbentuk segi empat sebagai lambang delapan arah mata angin, kelapa lambang bhuana agung, telur lambang Bhuana Alit, Peselan lambang Panca Dewata, Porosan lambang dari Tri Murti, Gegantusan Brahma, Visnu, Iswara, Benang tukelan putih diatas kelapa simbol Tri kona.  Dalam Daksina Tampak melambangkan 8 arah mata angina tau 8 dewata, pepeselan yang melambangkan panca dewata, kemudian porosan melambangkan tri murti. Bahwa sananya sekte yang ada itu memuja dewa yang berbeda-beda kemudian di persatukan dengan konsep tri murti.  Maka semua sekte-sekte yang ada bersatu dengan mengatas namakan Siva Siddhanta. Tanpa menghilangkan tradisi dari masing-masing setke. Ibaratkan wewakulan sekte Siva Siddhanta, perlengkapan dalam daksina yang lainnya itu merupakan sekte-sekte yang lainnya, sehinnga disatukan dalam dalam tempat wewakulan itu akan memebentuk daksina. Begitu pula sekte-sekte yang lainnya yang disatukan kedalam Siva Siddhanta.                                                                                                       





           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar